Rabu, 26 Februari 2014

KEPUTIHAN (LEUKOREA)



Pengertian Leukorea
Beberapa pengertian leukorea atau keputihan adalah sebagai berikut:
  1. Leukorea (fluor albus) atau keputihan adalah pengeluaran cairan dari jalan lahir yang bukan darah.
  2. Leukorea atau keputihan adalah nama gejala yang diberikan pada cairan yang keluar dari saluran genetalia wanita, yang tidak berubah.
  3. Leukorea atau keputihan adalah sekret putih yang kental keluar dari vagina maupun rongga uterus (Kamus Kedokteran).
Leukorea atau keputihan yang terjadi pada wanita tidak menyebabkan kematian tetapi kesakitan , karena cairan yang keluar selalu membasahi bagian dalam dan terkadang menimbulkan iritasi, rasa gatal sehingga membuat ketidaknyamanan. Leukorea merupakan gejala awal dari infeksi, keganasan atau tumor jinak reproduksi.
Secara alamiah wanita mengeluarkan cairan dari alat kelaminnya yang berasal dari :
  1. Transudat dinding vagina.
  2. Lendir servik.
  3. Lendir kelenjar bartholini dan skene.
Asal Leukorea
Leukorea atau keputihan berasal dari:
  1. Vulva.
  2. Vagina.
  3. Servik uteri.
  4. Korpus uteri.
  5. Tuba.
Vulva
Sekret dalam vulva dihasilkan oleh kelenjar- kelenjar bartholini dan skene. Sekret ini bertambah pada perangsangan, misalnya sewaktu koitus. Jika kelenjar- kelenjar tersebut meradang, oleh karena infeksi maka sekret berubah jadi flour.
Vagina
Vagina tidak mempunyai kelenjar dan dibasahi oleh cairan transudat dan lendir dari servik. PH dalam vagina disebabkan oleh kegiatan hasil diderlein yang mengubah glukogen (epitel vagina) menjadi acidum lacticium.
Servik uteri
Sekret servik yang normal bersifat jernih, liat dan alkalis. Sekret ini dipengaruhi hormon- hormon ovarium baik kuantitas atau kualitasnya. Sekret bertambah pada infeksi (cervicitis) yang dipermudah kejadiannya oleh robekan servik dan tumor servik.
Korpus uteri
Korpus uteri hanya menghasilkan sekret pada fase post ovulator. Sekret bertambah pada endometritis akut, jika ada sisa plasenta polip mioma submucosa dan carcinoma.
Tuba
Tuba jarang mengeluarkan flour albus, kadang-kadang terjadi pada hydrosalpinx profluens.

Klasifikasi Leukorea
Leukorea terbagi menjadi dua yaitu:
  1. Leukorea fisiologis.
  2. Leukorea patologis.
Leukorea fisiologis
Leukorea fisiologis terjadi mendekati ovulasi (karena rangsangan seksual), menjelang dan sesudah menstruasi atau pengaruh hormone pada kehamilan. Terdiri dari cairan yang kadang-kadang berupa mucus yang mengantongi banyak epitel dengan leukosit yang jarang. Ciri-cirinya adalah: berwarna putih dan menjadi kekuningan bila kontak dengan udara karena prosesokside; tidak gatal; tidak mewarnai pakaian dalam dan tidak berbau.
Leukorea patologis
Leukorea patologis terjadi karena infeksi vaginal, infeksi trikomonas vaginalis, infeksi jamur candida albicans, keganasan reproduksi ataupun adanya benda asing dalam jalan lahir. Terdapat banyak leukosit. Ciri-ciri adalah: terjadi peningkatan volume (membasahi celana dalam); terdapat bau yang khas; perubahan konsistensi dan warna; penyebab infeksi Trikomoniasis, Kandidiasis dan Vaginosis bacterial.

Gejala Leukorea
Gejala klinis dari leukorea atau keputihan antara lain:
  1. Gatal, berbau, dan berbuih.
  2. Sekret vagina bertambah banyak.
  3. Bergumpal, campur darah
  4. Dispareunia / sakit pada waktu koitus.
  5. Disuria / rasa panas saat kencing.
Penyebab Leukorea
Penyebab keputihan atau leukorea dapat dikategorikan sebagai berikut:
  1. Konstitusional.
  2. Kelainan endokrin.
  3. Infeksi.
  4. Penyebab lain.
Konstitusional
Penyebab leukorea atau keputihan secara konstitusional ditemukan pada keadaan anemia, nefritis dan pada bendungan umum (decompensatio cordis, serosis, hepatitis).
Kelainan endokrin
Seperti pada fungsional bleeding (kadar estrogen tinggi). Pada kehamilan (karena hidraemia dan pengaruh endokrin).
Infeksi
Penyebab leukorea atau keputihan oleh karena infeksi antara lain:
  1. Vultasi–vulvo vaginitis.
  2. Vaginitas (kolpitis).
  3. Servivitis.
  4. Salpingitis
Penyebab lain
Penyebab lain leukorea atau keputihan antara lain:
  1. Corpus allienum : possarium, rambut kemaluan, rambut wol, kain atau kapas.
  2. Alat- alat atau obat- obat kontrasepsi.
  3. Fitula (Fistula vesicovaginalis, Fistula Fectovaginalis).(Manuaba, 2001).
Jenis Leukorea
  1. Kandidiasis vulvovaginalis (KVV).
  2. Trikomoniasis.
  3. Vaginosis bacterial.
  4. Infeksi genital non spesifik.
Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV)
Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV) disebabkan oleh candida albicans atau kadang oleh candida sp atau ragi lainnya. Gejala klinisnya antara lain: gatal pada vulva dan vagina; vulva lecet; duh tubuh vagina dan dapat sampai dispareuni. Sedangkan gejala lain yang mungkin timbul antara lain: eritema; dapat timbul fisura; edema; duh tubuh vagina putih seperti susu mungkin bergumpal, tidak berbau dan terdapat lesi satelit. Pemeriksaan penunjang dengan sediaan apus dari duh tubuh vafina dengan pewarnaan garam ditemukan blastospora dan pseudohifa; sediaan basah
dengan larutan KOH 10 % ditemukan pseudohifa dan atau blastospora. Penatalaksanaan Kandidiasis Vulvovaginalis (KVV) akut dengan pemberian Ketokonazole 200 mgr tablet 2 tab x 5 hari; Flukonazol 150 mgr tablet dosis tunggal; Intrakonazolel 100 mgr tablet 2 tab x 3 hari.
Trikomoniasis
Trikomoniasis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit ber Flagela Trikomonas vaginalis. Gejala klinis antara lain: 10-50 % asimtomatik; duh tubuh vagina berbau, dapat disertai gatal pada vagina; kadang-kadang terdapat rasa tidak enak di perut bagian bawah. Sedangkan gejala lain antara lain: duh tubuh vagina dengan konsistensi bermacam-macam dari sedikit banyak dan ecer bentuk kuning kehijauan berbusa dapat terjadi pada 10–30 % wanita; vuivitis dan vaginitis; gambaran serviks strobery dapat ditemukan pada 2 % pasien; pada 5–15 % tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan. Adapun pemeriksaan penunjang dengan cara duh tubuh vagina dari forniks posterior dan dilakukan pemeriksaan sediaan basah dengan larutan NaCl fisiologis. Terdapat Tricomonas Vaginalis dengan pergerakan flagella yang khas. Penatalaksanaan dengan pemberian Metonidazole 2 gram oral dosis tunggal atau Metronidazole 2 x 0,5 mg oral selama 7 hari.
Vaginosis bacterial
Vaginosis bacterial adalah sindrom klinis yang disebabkan oleh pergantian lactobacillus sp penghasil H2O2 yang normal di dalam vagina dengan sekelompok bakteri aerob. Gejala klinis antara lain: duh tubuh vagina putih homogen, melekat pada dinding vagina dan vestibulum; pH cairan vagina > 4,5; terciumnya bau amis seperti ikan pada duh tubuh vagina yang diolesi dengan larutan KOH 10 %. Pemeriksaan penunjang dengan sediaan apus dengan pewarnaan gram ditemukam clue cell. Penatalaksanaan Non medikamentosa dengan cara: pasien dianjurkan untuk menghindari vaginal douching atau bahan antiseptic; konseling. Sedangkan penatalaksanaan Medikamentosa dengan pemberian obat pilihan yaitu Metronidazole 2 x 500 mg / hari selama 5–7 hari; Metronidazole 2 gram peroral dosis tunggal; pemberian obat alternatif yaitu Klindamicin 2x 300 mg / hari peroral selama 7 hari.
Infeksi genital non spesifik
Infeksi genital non spesifik adalah infeksi saluran genital yang disebabkan oleh penyebab nonspesifik. Istilah ini meliputi berbagai keadaan yaitu uretritis non spesifik, uretritis non gonore proktitis non spesifik dan infeksi spesifik pada wanita. Keluhan pada wanita berupa duh tubuh vagina; perdarahan antar menstruasi; perdarahan pasca koitus; disuria bila mengenai uretra; asimptomatik. Gejalanya duh tubuh endoserviks mukopurulent; ektopia serviks disertai edema serviks rapuh, mudah berdarah. Pemeriksaan penunjang dari duh tubuh genetalia. Penatalaksanaan dengan pemberian Doksisiklin 2 x 100 mg / hr selama 7 hari; Terasiklin 4 x 500 mg / hr selama 7 hari; Eratromicin 4 x 500 mg / hr selama 7 hari.
Diagnosis Lekhorea
Diagnosa sebab keputihan dapat dicari dengan cara sebagai berikut:
  1. Anamnase.
  2. Kedaaan umum.
  3. Pemeriksaan dalam.
  4. Pemeriksaan mikrobiologis dan bakteriologis, meliputi: cairan seperti susu biasanya berasal dari vagina; cairan yang liat muko purulen berasal dari servik; cairan yang purulen biasanya disebabkan gonococcus; cairan yang membuih oleh trichomonas; zat seperti keju oleh monilia biasanya gatal; cairan yang jernih terdapat pada asthenia; flour bercampur darah terdapat pada endometritis senilis.
Penatalaksaan Lekhorea
Penatalaksanaan leukorea atau keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit.
Pencegahan Leukhorea
Leukorea dapat dicegah dengan cara sebagai berikut:
  1. Menjaga alat kelamin tetap bersih dan kering.
  2. Menghindari pakaian ketat.
  3. Seing mengganti pembalut saat datang haid.
  4. Menghindari douche (mencuci/membilas) vagina dengan larutan antiseptik.
  5. Mencuci alat kelamin bagian luar dengan air bersih.
Referensi
Idhawati, C. 2011. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. K Dengan Leukore Candidiasis Vulvovaginalis Di Ruang KIA Puskesmas Sawit I. Akbid Mamba’ul Ulum Surakarta.
Indah Arthanasia. 2011. Perawatan Gangguan Bermacam-macam Keputihan Pada Organ Reproduksi Wanita.
Manuaba, 2001. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan. Jakarta: EGC
Manuaba, IBG. 2008. Gawat Darurat Obstetric-Ginekologi Dan Obstetric-Ginekologi Sosial Untuk Profesi Bidan. Jakarta: EGC. Hlm: 296-299.
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I Edisi ketiga. Jakarta : Media Aesculapius.
Misni. 2011. Asuhan Kebidanan Gangguan Reproduksi Pada Ny. S Dengan Leukore Di Puskesmas Banyudono. Akbid Mamba’ul Ulum Surakarta.
Prawirohardjo, S. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarata: Yayasan Bina Pustaka.
Prayetni, 2001. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan Gangguan Reproduksi. Jakarta: Pusdiknas Depkes RI.
Thomas Rabe. 2002. Alih bahasa dr Ida Bagus Gde Manuaba, SPOG. Ilmu Kandungan.Jakarta : Hipokrates
Yatim, F, 2005. Penyakit Kandungan. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

Selasa, 25 Februari 2014

KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI

  
APengertian

Kontrasepsi berasal dari dua kata, yaitu kontra dan konsepsi yang disatukan menjadi kontrasepsi yaitu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Suryani, 2011).
Kontrasepsi suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan dan merupakan metode kontrasepsi efektif yaitu metode yang dalam penggunaannya mempunyai efektifitas atau tingkat kelangsungan pemakaian relatif lebih tinggi serta angka kegagalan relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan alat kontrasepsi sederhana (Suparyanto, 2010).
 B. Jenis

Suntikan ini diberikan secara intramuskular setiap bulan (cyclofem), jenisnya 25 mg depo medroxyprogesteron asetat dan 5 mg estradiol cypionat, dan 50 mg Noretindron Enantat (Net-En) dan 5 mg Estradiol Sipionat (Sari Yohana, 2011). 

C. Cara Kera

  1. Mengusahakan agar tidak terjadi konsepsi dengan cara menghambat terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui penekanan hormon LH dan FSH. Pencegahan ovulasi disebabkan karena gangguan pada sekresi hormon LH oleh kelenjar hypofisis, sehingga tidak terjadi dipuncak mid-siklus (pada kedaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari folikelnya)
  2. Melumpuhkan sperma dengan mempertebal/mengentalkan lendir mukosa servikal (leher rahim). Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak memungkinkan penetrasi spermatozoa. Atau bila terjadi penetrasi spermatozoa, pergerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau tidak ada  spermatozoa yang mancapai cavum uteri.
  3. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma dengan membuat dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan, mengganggu pergerakan silia saluran tuba. Progestin mengganggu berkembangnya siklus endometrium, sehingga endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukan sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat menerima ovum yang sudah dibuahi.  
D. Keuntungan
  1. Tidak mengganggu proses sanggama
  2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri. Suntikan Kb tidak perlu diberikan setiap hari atau ketika akan bersenggama.
  3.  Tidak perlu periksa dalam
  4. Diberikan melalui suntikan IM di bokong, sehingga tidak perlu dilakukan periksa dalam. Kecuali pada pemasangan AKDR.
  5.  Efek samping minimal
  6. Efek samping yang sering terjadi adalah gangguan siklus haid (aminorhea, spotting, perdarahan) dan mual.
  7. Klien tidak perlu menyimpan obat
  8. Para wanita yang menghadapi permasalahan dengan pemakaian cara-cara sederhana atau pelupa dalam minum pil setiap hari dapat dianjurkan untuk memakai kontrasepsi suntik. Setelah mendapatkan suntikan, maka yang dibutuhkan peserta suntik adalah mengingat waktu suntik.
  9. Tidak tergantung kebiasaan lupa minum obat
  10. Diberikan melalui suntikan tiap bulan. Sehingga tidak perlu meminum obat tiap hari.
  11. Mengurangi jumlah perdarahan
  12. Ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesteron menyebabkan endometrium terus terbentuk. Ketika terjadi proses peluruhan, prdarahan menjadi semakin banyak. Progestin dapat mencegah pembentukan endometrium sehingga perdarahan berkurang.
  13. Mencegah anemia
  14. Salah satu efek kontrasepsi adalah aminorhea, sehingga tidak ada darah yang keluar. Dengan demikian, kecil kemungkinan terjadi anemia.
  15.  Mencegah kanker ovarium dan endometrium
  16. Pada wanita karsinoma endometrium sering dihubungkan dengan hiperplasia yang disebabkan oleh estrogen. DMPA dan progestin menekan pertumbuhan endometrium dan mencegah hiperplasia pada wanita.
  17. Mencegah kehamilan ektopik
  18. Salah satu cara kerja kontrasepsi ini adalah mengentalkan lendir sehingga dapat melumpuhkan sperma, dengan demikian akan semakin sulit untuk terjadi konsepsi diluar rahim.
  19. Dapat melindungi kemungkinan penyakit radang panggul dan kanker indung telur karena progestin menyebabkan mukus serviks menebal, sehingga mempersulit penularan infeksi dari liang senggama atau serviks untuk mencapai saluran telur (penekanan ovulasi akan menyebabkan berkurangnya stimulasi dari sel epitel ovarium).
E. Kerugian
  1. Penyuntikan lebih sering dan biaya keseluruhan lebih tinggi
  2. Klien harus datang tiap bulan untuk mendapat suntikan, sehingga harus mengeluarkan biaya tiap bulannya.
  3. Lapisan dari lendir rahim menjadi tipis sehingga terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, spotting
  4. Pada awal penggunaan sering timbul mual, pusing, tegang dan nyeri payudara dan akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga
  5. Hal ini merupakan hal yang fisiologis dan dapat hilang dengan sendirinya.
  6. Efektivitas berkurang bila berinteraksi dengan anti konvulsif (fenitoin, barbiturat) dan tuberkulostatik (rifampisin)
  7. Obat-obat ini memicu pembentukan enzim-enzim dihati, dimana enzim ini dapat mengganggu metabolisme fungsi hati dan mempengaruhi efektivitas obat.
  8. Kadang-kadang timbul komplikasi serius (stroke, serangan jantung, thrombosis paru)
  9. Perubahan dalam metabolisme lemak (terutama penurunan HDL-kolesterol), dapat merusak endotel pembuluh darah sehingga dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler.
  10. Kesuburan tak segera pulih walaupun penggunaannya telah dihentikan
  11. Lama masa tidak subur tergantung pada kecepatan metabolisme. Biasanya kesuburan akan segera pulih dalam waktu 2-3 minggu.
  12. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan penyakit menular seksual atau infeksi HIV
  13. Kontrasepsi suntik tidak memiliki perlindungan ganda seperti kondom, diafragma dan spermisida sehingga tidak melindungi diri dari PMS/AIDS.
  14. Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering
  15. Progesteron juga merangsang pusat pengendali napsu makan di hipotalamus, menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.
F. Efek samping yang sering terjadi
  1. Peningkatan berat badan 3 kilogram selama tahun pertama dan bertambah secara progesif selama tahun kedua. Progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga lemak dibawah kulit bertambah. Progesteron juga merangsang pusat pengendali napsu makan di hipotalamus, menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari biasanya.
  2. Gangguan siklus haid. Penyebab gangguan siklus haid karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga endometrium mengalami perubahan histologi.
  3. Aminorhea. Biasanya tidak haid 1 tahun pertama, jika pemakaian suntikan KB dihentikan, siklus menstruasi yang teratur akan kembali terjadi dalam waktu 6 bulan-1 tahun. Disebabkan karena estrogen menekansekresi gonadotropin sehingga menyebabkan proklaktinoma di hipofisis. Kadar prolaktin yang tinggi ini dapat menyebabkan aminorhea.
  4. Perdarahan/spotting, Perdarahan setelah penyuntikan pertama dapat terjadi kira-kira selama 30 hari. Lebih dari 60% wanita mendapatkan kembali siklus yang normal setelah 1 tahun. Sejumlah wanita yang menggunakan cyclofem mengalami perdarahan lebih awal atau lebih lambat dari biasanya, dan sejumlah wanita yang lain mengalami amenorrhoe, spoting atau masa perdarahan yang lebih lama dan lebih berat. Umumnya menghilang setelah 3 bulan pemakaian.
  5. Mual/pusing/muntah,Reaksi tubuh terhadap hormon estrogen yang mempengaruhi produksi asam lambung. Peningkatan estrogen ini dapat merangsang timbulnya mual.

G. Yang boleh menggunakan suntikan kombinasi

  1. Usia reproduktif yang memiliki anak ataupun belum. Aman digunakan karena masa kesuburan akan segera pulih kembali setelah kontrasepsi ini dihentikan.
  2. Menyusukan ASI lebih dari 6 bulan. Estrogen menekan produksi prolaktin yang sangat berguna untuk merangsang produksi ASI. Dengan demikian kadar prolaktin menjadi rendah dan menyebabkan produksi ASI berkurang. Sehingga tidak dianjurkan pada ibu yang sedang menyusui ASI ekslusif.
  3. Pascapersalinan dan tidak menyusui. Progesteron menekan LH dan FSH sehingga jumlah darah yang keluar berkurang, sehingga sangat baik digunakan pada ibu setelah melahirkan. Estrogen dapat menyebabkan produksi ASI berkurang, tapi aman digunakan pada ibu yang tidak menyusui.
  4. Yang mengalami dismenore/nyeri haid hebat.Kontraksi yang berlebihan dapat menyebabkan aminorhea. Progesteron dapat mengurangi kontraksi. 

H. Yang tidak boleh menggunakan suntikan kombinasi
  1. Hamil atau diduga hamil. Penggunaan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan. Bila sudah hamil, tidak perlu diberi.
  2. Perdarahan per vaginam yang belum jelas asalnya/penyebabnya. Bila terjadi perdarahan harus dicari tahu dahulu penyebab perdarahannya.
  3. Perokok dengan usia > 35 th. Nikotin dalam rokok menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah sehingga oksigen ke jantung berkurang. Hal ini dapat memperberat kerja jantung karena kebutuhan oksigen semakin bertambah. Pembuluh darah di endometrium pun mengalami atropi, sehingga peluruhan endometrium semakin bertambah banyak.
  4. Riwayat penyakit jantung atau tekanan darah tinggi (>180/110). Perubahan dalam metabolisme lemak  (terutama penurunan HDL-kolesterol), dapat menambah besar resiko timbulnya penyakit kardiovaskuler.
  5. Riwayat thromboemboli atau Diabetes Melitus lebih dari 20 th. Ketidak seimbangan hormon estrogen progesteron, sehingga terjadi peningkatan aktivitas faktor-faktor pembekuan, juga dapat mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan retensi insulin sehingga memperburuk toleransi glukosa.
  6. Penyakit hati akut. Progesteron menyebabkan aliran empedu menjadi lambat, dan bila berlangsung lama saluran empedu tersumbat sehingga cairan empedu dalam darah meningkat. Hal ini yang menyebabkan warna kuning. Estrogen mudah diserap hati. Estrogen dapat mengganggu eksresi bilirubin sehingga memperberat fungsi hati.
  7. Keganasan payudara. Gangguan keseimbangan hormon estrogen progesteron mempengaruhi kelenjar payudara. Dan apabila sudah ada tanda infeksi payudara, maka akan memperburuk keadaan.
I.  Waktu mulai penggunaan
  1. Suntikan pertama dapat diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid. Tidak diperlukan kontrasepsi tambahan
  2. Bila suntikan pertama diberikan setelah hari ke-7 siklus haid, klien tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari
  3. Bila klien tidak haid, suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja dapat dipastikan ibu tersebut tidak hamil. Klien tidak boleh melakukan hubungan seksual untuk 7 hari lamanya atau menggunakan metode kontrasepsi yang lain selama masa waktu 7 hari
  4. Bila klien pascapersalinan kurang dari 6 bulan, menyusui, serta belum haid, suntikan pertama dapat diberikan, asal saja tidak hamil
  5. Bila pascapersalinan lebih dari 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari 1 dan 7
  6. Bila pascapersalinan kurang dari 6 bulan dan menyusui, jangan diberikan suntikan kombinasi
  7. Bila pascapersalinan 3 minggu, dan tidak menyusui, suntikan kombinasi dapat diberi
  8. Pasca keguguran, suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari
  9. Ibu yang sedang menggunakan kontrasepsi hormonal yang lain dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal kombinasi. Selama ibu tersebut menggunakan kontrasepsi sebelumnya secara benar, suntikan kombinasi dapat diberikan tanpa perlu menunggu haid. Bila ragu-ragu, perlu dilakukan uji kehamilan terlebih dahulu
  10. Bila kontrasepsi sebelumnya juga kontrasepsi hormonal, dan ibu tersebut ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan kombinasi tersebut dapat diberikan sesuai jadwal kontrasepsi sebelumnya. Tidak diperlukan metode kontrasepsi lain
  11. Ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non hormonal dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama dapat segera diberikan, asal saja diyakini ibu itu tidak hamil, dan pemberiannya tanpa pelu menunggu datangnya haid. Bila diberikan pada hari 1-7 siklus haid, metode kontrasepsi yang lain tidak diperlukan. Bila sebelumnya menggunakan AKDR dan ingin menggantinya dengan suntikan kombinasi, maka suntikan pertama diberikan pada hari 1-7 siklus haid. Cabut segera AKDR.

J. Cara penggunaan
  1. Berikan secara intra muskuler, setelah penggunaan awal, perlu diulangi setiap 4 minggu
  2. Dianjurkan untuk 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi perubahan pola haid atau timbul gangguan berupa perdarahan
  3. Dapat juga diberikan setelah 7 hari dari jadwal yang ditentukan, asal saja diyakini ibu itu tidak hamil

K. Keadaan yang memerlukan perhatian khusus
  1. Penderita hipertensi < 180/110 masih dapat diberikan tetapi perlu pengawasan
  2. Diabetes melitus dapat diberikan, jika terkontrol dan berlangsung < 20 th
  3. Migren boleh diberikan, jika tidak ditemukan kelainan neurologik
  4. Pengguna rifampisin/obat epilepsi, pilih kontrasepsi kombinasi dengan etinil estradiol 50 mg atau cari metode kontrasepsi lain
  5. Penderita anemia bulan sabit (sickle cell), sebaiknya jangan menggunakan kombinasi.

L.  Hal yang harus diingat klien
  1. Harus kembali untuk suntik ulang setiap 4 minggu
  2. Bila tidak haid lebih dari 2 bulan, harus pastikan bahwa klien tidak hamil
  3. Harus memberitahukan pada petugas bila menggunakan obat-obatan lain bersamaan
  4. Ada efek samping berupa mual, sefalgia, tegang dan nyeri payudara, dan spotting pada 2-3 kali suntikan pertama dan akan hilang pada suntikan berikutnya.
 
M.  Tanda-tanda yang harus diwaspadai pada penggunaan suntik kombinasi
  1. Nyeri dada hebat atau napas pendek. Kemungkinan adanya bekuan darah diparu atau serangan jantung
  2. Sakit kepala hebat dan gangguan pengelihatan. Kemungkinan terjadi strok, hipertensi dan migran
  3. Nyeri tungkai hebat. Kemungkinan telah terjadi sumbatan pembuluh darah pada tungkai
  4. Tidak terjadi perdarahan atau spotting selama 7 hari sebelum suntikan berikutnya, kemungkinan terjadi kehamilan.

DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo. 2008. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : YBS-SP 
Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1. Jakarta : EGC 
Saifuddin, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBS-SP 
William, dkk. 2006. Obstetri Willian volume 2. Jakarta : EGC 
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan 
Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBS-SP 
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC