Selasa, 16 April 2013

PENDIDIKAN SEKS


By: Nining Tunggal
a.       Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan reproduksi, sehingga ruang lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luas dan lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks (BKKBN, 2009). Pendidikan seks adalah salah satu cara untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks. Khususnya untuk mencegah dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak direncanakan, penyakit menular, depresi, dan perasaan berdosa (Sarwono, 2010).
Para remaja memperoleh informasi mengenai seks dan seksualitas dari berbagai sumber, termasuk dari teman sebaya, lewat media massa baik cetak maupun elektronik termasuk didalamnya iklan, buku ataupun situs internet yang khusus menyediakan informasi tentang seks (Faturrahman, 2010).
b.      Tujuan Pendidikan Seks
Tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap dapat dijabarkan antara lain (Admin, 2008):
1)      Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan masalah seksual pada remaja.
2)      Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan tanggung jawab).
3)      Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks dan semua manifestasi yang bervariasi.
4)      Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan keluarga.
5)      Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
6)      Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.
7)      Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
8)      Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, anggota masyarakat.
c.       Teknik Pendidikan Seks
Pendidikan seks di Indonesia tetap dimulai dari rumah. Salah satu alasan utamanya adalah karena masalah seks ini merupakan masalah yang sangat pribadi sifatnya, yang kalau hendak dijadikan materi pendidikan juga perlu penyampaian yang pribadi. Dari berbagai penelitian yang dilakukan oleh Sarwono mengungkapkan bahwa dari sudut pandang remaja sendiri, mereka mendambakan untuk memperoleh informasi tentang seks itu dari orang tuanya (Sarwono, 2010).
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual, mungkin patut diperhatikan:
1)      Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2)      Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya: proses pembuahan pada tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3)      Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai masalah tersebut.
4)      Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama pada setiap anak. Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan keadaan khusus anak.
5)      Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengtahuannya.

PENDIDIKAN KESEHATAN


Pendidikan kesehatan adalah setiap kombinasi pengalaman belajar yang direncanakan demi memudahkan penyesuaian suka rela dari prilaku yang kondusif bagi kesehatan (Green at al.,2000). Pendidikan kesehatan adalah suatu penerapan konsep pendidikan di dalam bidang kesehatan. Dilihat dari segi pendidikan, pendidikan kesehatan adalah suatu pedagogik praktis atau praktek pendidikan. Oleh sebab itu, konsep pendidikan kesehatan adalah konsep pendidikan yang di aplikasikan pada bidang kesehatan (Notoatmodjo,2007).
            Efektifitas intervensi pendidikan kesehatan dipengaruhi oleh 3 hal pokok yang saling berkesinambungan yaitu:
a.       Petugas kesehatan yang profesional
b.      Intervensi pendidikan yang dipengaruhi oleh:
1)      keterampilan fasilitator misalnya humor, bersemangat, bersahabat, berfikir positif, serta adanya materi.
2)      Alat peraga yang dipakai sebagai penunjang pendidikan kesehatan dan interaksi peserta latih dapat dinilai dari peran aktif peserta seperti tanya jawab dan diskusi.
c.       Manfaat pada masyarakat dapat dilihat dilihat dari hasil intervensi pendidikan sesuai materi pelajaran yang dipengaruhi oleh:
1)      Adanya kesempatan untuk mempengaruhi individu atau organisasi.
2)      Faktor pengaruh yang bersamaan dengan intervensi seperti latar belakang peserta (sumber informasi, pendidikan orang tua, usi, dan jenis kelamin), objektifitas pengukuran yang sesuai dengan hasil yang dapat dinilai dengan ketersediaan, kepercayaan, dan alat ukur yang berhubungan (Hutchinson,1999).
Pendidikan kesehatan reproduksi remaja secara umum berhubungan dengan perawatan kesehatan remaja, dengan menggunakan intervensi untuk membuktikan fakta data, strateginya ternyata efektif dan cepat menerima secara terus menerus pengembangan pengetahuan, sikap,keterampilan, dan percaya diri yang tinggi.