By: Nining Tunggal
a.
Pengertian Pendidikan Seks
Pendidikan seks merupakan bagian dari pendidikan kesehatan
reproduksi, sehingga ruang lingkup pendidikan kesehatan reproduksi lebih luas
dan lebih difokuskan kepada hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan seks
(BKKBN, 2009). Pendidikan seks adalah salah satu cara
untuk mengurangi atau mencegah penyalahgunaan seks. Khususnya untuk mencegah
dampak-dampak negatif yang tidak diharapkan seperti kehamilan yang tidak
direncanakan, penyakit menular, depresi, dan perasaan berdosa (Sarwono, 2010).
Para remaja memperoleh informasi mengenai seks dan seksualitas dari
berbagai sumber, termasuk dari teman sebaya, lewat media massa baik cetak
maupun elektronik termasuk didalamnya iklan, buku ataupun situs internet yang
khusus menyediakan informasi tentang seks (Faturrahman, 2010).
b. Tujuan Pendidikan Seks
Tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap dapat dijabarkan antara
lain (Admin, 2008):
1) Memberikan pengertian yang memadai
mengenai perubahan fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan
dengan masalah seksual pada remaja.
2) Mengurangi ketakutan dan kecemasan
sehubungan dengan perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan
tanggung jawab).
3) Membentuk sikap dan memberikan
pengertian terhadap seks dan semua manifestasi yang bervariasi.
4) Memberikan pengertian bahwa hubungan
antara manusia dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan
keluarga.
5) Memberikan pengertian mengenai
kebutuhan nilai moral yang esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam
membuat keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
6) Memberikan pengetahuan tentang
kesalahan dan penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan
eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mental.
7) Untuk mengurangi prostitusi,
ketakutan terhadap seksual yang tidak rasional dan eksplorasi seks yang
berlebihan.
8) Memberikan pengertian dan kondisi
yang dapat membuat individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan
kreatif dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua,
anggota masyarakat.
c.
Teknik Pendidikan Seks
Pendidikan seks di
Indonesia tetap dimulai dari rumah. Salah satu alasan utamanya adalah karena
masalah seks ini merupakan masalah yang sangat pribadi sifatnya, yang kalau
hendak dijadikan materi pendidikan juga perlu penyampaian yang pribadi. Dari
berbagai penelitian yang dilakukan oleh Sarwono mengungkapkan bahwa dari sudut
pandang remaja sendiri, mereka mendambakan untuk memperoleh informasi tentang
seks itu dari orang tuanya (Sarwono, 2010).
Beberapa hal penting
dalam memberikan pendidikan seksual, mungkin patut diperhatikan:
1) Cara
menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan terlihat ragu-ragu atau malu.
2) Isi
uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan menerangkan yang
tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak tidak akan bertanya lagi, boleh
mempergunakan contoh atau simbol seperti misalnya: proses pembuahan pada
tumbuh-tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
3) Dangkal
atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan dengan
tahap perkembangan anak. Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu
menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam hubungan
kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek kepribadiannya memang belum
mencapai tahap kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalah tersebut.
4) Pendidikan
seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas sempitnya pengetahuan
dengan cepat lambatnya tahap-tahap perkembangan tidak sama pada setiap anak.
Dengan pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan dengan
keadaan khusus anak.
5) Pada
akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan melaksanakan pendidikan seksual
perlu diulang-ulang (repetitif) selain itu juga perlu untuk mengetahui
seberapa jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak untuk
mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah diketahui
agar benar-benar menjadi bagian dari pengtahuannya.