SCREENING | ||
Skrining adalah usaha untuk mengindentifikasi suatu penyakit atau kelainan yang secara klinis belum jelas dengan menggunakan test, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat membedakan orang-orang yang kelihatan sehat, benar – benar sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.
Test skrining dapat dilakukan dengan cara :
1. Pertanyaan/kuesioner
2. Pemeriksaan Fisik
3. Pemeriksaan Laboratorium
4. X-ray, termasuk diagnostic imaging
Jenis penyakit yang tepat untuk skrining :
1. Merupakan penyakit yang serius
2. Pengobatan sebelum gejala muncul harus lebih untung dibandingkan setelah gejala muncul
3. Prevalensi penyakit pre klinik harus tinggi pada populasi yang diskrining
Syarat – syarat skrining :
1. Penyakit harus merupakan masalah kesehatan yang penting
2. Harus ada cara pengobatan yang efektif
3. Tersedia fasilitas pengobatan dan diagnosis
4. Diketahui stadium prepatogenesis dan pathogenesis
5. Test harus cocok, hanya mengakibatkan sedikit ketidaknyamanan, dapat diterima oleh masyarakat
6. Telah dimengerti riwayat alamiah penyakit
7. Harus ada Policy yang jelas
8. Biaya harus seimbang, biaya skrining harus sesuai dengan hilangnya konsekuaensi kesehatan
Jenis skrining :
1. Mass Skrining
2. Selective skrining
3. Single Disease Skrining
4. Case finding skrining
5. Multiphasic skrining
Kombinasi test Skrining :
1. Skrining Paralel
Positif, bila individu member hasil positif untuk test yang manapun ( Salah satu atau kedua tes skrining). Misalnya pada skrining ca mammae dengan pemeriksaan fisik dan mammografi, sudah disebut positif jika pemeriksaan fisik saja + atau mammografi saja yang +.
2. Skrining series / bertahap
a. Skrining tahap I
Lebih murah, tidak terlalu invasive atau tidak terlalu mengganggu
b. Skrining tahap II
Skrining tahap II dilakukan pada mereka yang positif pada pemeriksaan tahap I, diharapkan dapat mengurangi positif palsu.
Kriteria penyakit yang sesuai untuk dilakukan skrining :
1. Penyakit harus ada dipopulasi
2. Penyakit merupakan masalah morbiditas dan atau mortalitasnya tinggi di masyarakat
3. Deteksi dini dan intervensi harus dapat memperbaiki outcome (Anonymus,2009)
A. Skrining pada Kanker Payudara
Kanker payudara adalah pertumbuhan yang tidak terkontrol dari sel-sel pada payudara. Munculnya sel kanker tersebut terjadi sebagai hasil dari mutasi atau perubahan yang tidak normal pada gen yang bertanggungjawab menjaga pertumbuhan sel dan menjaganya tetap normal (sehat). Gen di dalam setiap inti sel, yang bertindak sebagai “ruang kontrol” dari masing-masing sel. Biasanya, sel dalam tubuh kita berganti sendiri secara teratur. Proses pertumbuhan sel: sel sehat baru mengambil alih sel lama. Tapi seiring waktu, mutasi bisa “menghidupkan” beberapa gen dan “mematikan” bagian lain dalam sel. Sel yang berubah tersebut memiliki kemampuan untuk berpisah dan tanpa kontrol memproduksi lebih banyak sel-sel seperti itu dan membentuk tumor.
Istilah “kanker payudara” merujuk kepada suatu tumor ganas (malignan) yang berkembang dari sel-sel di payudara. Kanker payudara biasanya dimulai pada sel di lobules, kelenjar yang memproduksi susu, atau pada duktus saluran kelenjar susu, saluran yang menghubungkan lobulus ke ‘puting susu’. Jarang terjadi, kanker payudara mulai pada jaringan stromal, termasuk jaringan lemak dan jaringan ikat dari payudara.
Seiring dengan waktu, sel-sel kanker dapat menyebar ke jaringan payudara sehat membuat jalan masuk ke kelenjar getah bening di ketiak, suatu organ kecil yang menyaring benda asing dalam tubuh. Jika sel kanker telah meluas ke kelenjar getah bening, maka ini menjadi jalan ke bagian lain dari tubuh.
Kanker payudara selalu disebabkan oleh abnormalitas/gangguan pada gen(suatu “kesalahan” dalam bahan genetik). Hanya 5-10% dari kanker diwarisi dari ibu atau ayah. Kira-kira 90% dari kanker payudara adalah karena abnormalitas genetik yang terjadi sebagai hasil dari proses ketuaan dan lainnya.
Meskipun ada langkah-langkah yang dapat dilakukan setiap orang untuk membantu tubuh tetap sehat seperti makan diet seimbang, tidak merokok dan alkohol, serta latihan secara teratur, kita tidak akan pernah bisa menjamin bahwa kita akan terhindar dari penyakit ini.
Insiden kejadian
Insidens kanker payudara pada perempuan di Amerika Serikat adalah 1 banding 8 (sekitar 13%). Pada 2008, sekitar 182.460 kasus baru kanker payudara invasif diharapkan dapat didiagnosis pada perempuan di Amerika Serikat, bersama dengan 67.770 kasus baru kanker payudara non-invasif (in situ). Kira-kira 1.990 kasus baru kanker payudara invasif akan didiagnosis pada pria pada 2008. Kurang dari 1% dari semua kasus baru kanker payudara terjadi pada laki-laki. Dari 2001 hingga 2004, tingkat insiden kanker payudara di AS turun 3,5% per tahun. Satu teori adalah bahwa penurunan ini disebabkan karena berkurangnya penggunaan terapi penggantian hormon/terapi sulih hormon (HRT/ Hormone Replacement Therapy).
Kira-kira 40.480 perempuan di AS diperkirakan meninggal pada 2008 akibat kanker payudara, meskipun angka kematian telah turun sejak tahun 1990. Ini merupakan hasil dari kemajuan pengobatan, deteksi dini, dan meningkatnya kesadaran. Untuk perempuan di Amerika Serikat, angka kematian akibat kanker payudara lebih tinggi daripada kanker paru-paru. Selain kanker kulit, kanker payudara adalah yang paling sering didiagnosis kanker pada perempuan di AS. Lebih dari 1 dalam 4 penderita kanker adalah kanker payudara.
Dibandingkan dengan perempuan Amerika keturunan afrika, perempuan kulit putih sedikit lebih besar untuk menjadi kanker payudara, tapi kemungkinan akan mati lebih kurang. Salah satu alasan adalah bahwa perempuan keturunan afrika cenderung memiliki tumor yang lebih agresif. Perempuan dari latar belakang etnis lainnya -Asia, Hispanic, dan lainnya- memiliki risiko lebih rendah dalam perkembangan kematian akibat kanker payudara dibandingkan dengan kulit putih dan Afro-american. Pada 2008, terdapat sekitar 2,5 juta perempuan di AS yang selamat dari kanker payudara.
Resiko kanker payudara dari seorang perempuan kira-kira dua kali lipat jika dia memiliki turunan pertama (ibu, saudara perempuan, anak perempuan) yang telah didiagnosis dengan kanker payudara. Sekitar 20-30% perempuan dengan diagnosis kanker payudara memiliki keluarga dengan riwayat kanker payudara. Kira-kira 5-10% dari kanker payudara disebabkan oleh mutasi gen yang diwariskan dari satu ibu atau ayah. Mutasi dari gen BRCA1 dan BRCA2 adalah yang paling sering. Perempuan dengan mutasi ini memiliki resiko terkena kanker payudara sampai 80%, dan mereka sering didiagnosis pada usia muda (sebelum usia 50). Meningkatkan resiko kanker ‘ovarium’ juga dikaitkan dengan mutasi gen ini. Laki-laki dengan mutasi BRCA1 memiliki 1% risiko perkembangan menjadi kanker payudara pada usia 70 dan 6% apabila mereka memiliki mutasi BRCA2.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa lima besar kanker di dunia adalah kanker paru-paru, kanker payudara, kanker usus besar dan kanker lambung dan kanker hati. Sementara data dari pemeriksaan patologi di Indonesia menyatakan bahwa urutan lima besar kanker adalah kanker leher rahim, kanker payudara, kelenjar getah bening, kulit dan kanker nasofaring.
Kira-kira 90% dari kanker payudara adalah bukan herediter, tetapi abnormalitas genetik yang terjadi sebagai proses aging/penuaan dan gaya hidup pada umumnya. Yang paling penting, faktor risiko untuk kanker payudara adalah jenis kelamin (perempuan) dan usia (semakin tua).
Angka kematian akibat kanker payudara mencapai 5 juta pada wanita. Data terakhir menunjukkan bahwa kematian akibat kanker payudara pada wanita menunjukkan angka ke 2 tertinggi penyebab kematian setelah kanker rahim.
Tanda- tanda atau Gejala Kanker Payudara
Pada awalnya, kanker payudara mungkin tidak menimbulkan gejala apapun. Benjolan mungkin terlalu kecil sehingga menyebabkan perubahan apapun yang tidak biasa untuk dilihat sendiri. Seringkali daerah abnormal tersebut ditemukan pada screening mammogram (x-ray/foto rontgen pada payudara), yang mengarah ke pemeriksaan lebih lanjut.
Dalam beberapa kasus, tanda pertama ‘kanker payudara’ adalah berupa benjolan atau massa di payudara anda atau yang ditemukan pada pemeriksaan dokter. Benjolan yang terasa sakit, keras, dan tidak rata lebih cenderung menjadi kanker. Tetapi kadang-kadang kanker dapat tidak keras dan bulat. Sehingga penting diperiksa oleh dokter.(Alhamsyah,2009)
Etiologi
Etiologi kanker payudara tidak diketahui dengan pasti. Namun beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara, yaitu :
1. Tinggi melebihi 170 cm
Wanita yang tingginya 170 cm mempunyai resiko terkena kanker payudara karena pertumbuhan lebih cepat saat usia anak dan remaja membuat adanya perubahan struktur genetik (DNA) pada sel tubuh yang diantaranya berubah ke arah sel ganas.
2. Masa reproduksi yang relatif panjang.
3. Menarche pada usia muda dan kurang dari usia 10 tahun.
4. Wanita terlambat memasuki menopause (lebih dari usia 60 tahun)
5. Wanita yang belum mempunyai anak Lebih lama terpapar dengan hormon estrogen relatif lebih lama dibandingkan wanita yang sudah punya anak.
6. Kehamilan dan menyusui Berkaitan erat dengan perubahan sel kelenjar payudara saat menyusui.
7. Wanita gemuk. Dengan menurunkan berat badan, level estrogen tubuh akan turun pula.
8. Preparat hormon estrogen Penggunaan preparat selama atau lebih dari 5 tahun.
9. Faktor genetic. Kemungkinan untuk menderita kanker payudara 2 – 3 x lebih besar pada wanita yang ibunya atau saudara kandungnya menderita kanker payudara (Agung,2009)
Pencegahan primer
Pencegahan pada tahap ini merupakan yang sangat dianjurkan dan menjadi salah satu bentuk promosi kesehatan karena dilakukan pada orang yang "sehat" melalui upaya menghindarkan diri dari keterpaparan pada berbagai faktor risiko dan melaksanakan pola hidup sehat.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki risiko untuk terkena kanker payudara. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merupakan populasi at risk dari kanker payudara. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melalui mammografi diklaim memiliki akurasi 90% dari semua penderita kanker payudara, tetapi keterpaparan terus-menerus pada mammografi pada wanita yang sehat merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker payudara. Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan beberapa pertimbangan antara lain: Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk assessement survey.
Pencegahan Tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita kanker payudara. Penanganan yang tepat penderita kanker payudara sesuai dengan stadiumnya akan dapat mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita. Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah komplikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila kanker telah jauh bermetastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu, pengobatan diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari pengobatan aiternatif (Suryantoro,2009).
Cara Skrining Ca Mamae
1. Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)
Pemeriksaan payudara sendiri (Sadari) harus menjadi bagian dari kesehatan rutin bulanan dan jika mengalami perubahan pada payudara harus segera memeriksakan diri ke Dokter. Jika anda lebih dari 40 tahun atau memiliki resiko tinggi untuk penyakit ini, anda juga harus melakukan pemeriksaan mammografi tahunan dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Semakin dini kanker payudara ditemukan dan didiagnosis semakin baik kesempatan kita untuk mengobatinya. Proses diagnosa dapat berminggu-minggu dan melibatkan berbagai jenis tes.
2. Pemeriksaan Mammografi
Pemeriksaan mammografi tahunan hasilnya disebut mammogram- diberikan secara rutin untuk orang-orang yang sehat dan tidak diduga mengalami kanker payudara. Tujuannya adalah untuk menemukan kanker payudara sedini mungkin sebelum gejala kanker berkembang dan biasanya lebih mudah untuk ditangani. (Alhamsyah,2009)
Mammografi adalah suatu pemeriksaan untuk mammae (payudara) dengan menggunakan sinar x-ray dosis rendah. Dipakai untuk mendeteksi dini tumor payudara pada wanita, tanpa disertai keluhan atau yang disertai keluhan. Keluhan seperti adanya benjolan pada payudara, cairan yang tidak normal keluar dari puting payudara atau adanya nyeri pada payudara (sebelum atau sesudah menstruasi - untuk menyingkirkan bahwa nyeri yang ditimbulkan bukan dikarenakan sindroma pre menstrual). Skrining mamografi biasanya direkomendasi untuk setiap wanita diatas 40 tahun atau dibawah usia 40 tahun jika mempunyai faktor resiko terkena kanker payudara
Yang harus diperhatikan pada saat melakukan mamografi :
1. Jangan memakai deodorant pada ketiak, talk / bedak pada ketiak atau payudara dan sekitarnya. Karena dapat mengaburkan hasil pemeriksaan, berupa spots / bintik Kalsium
2. Beritahu semua keluhan / gejala yang dirasakan pada ahli yang melakukan mamografi 3. Tanyakan dengan jelas apa yang didapat dari hasil pemeriksaan mamografi 4. Jangan memakai perhiasan atau baju diatas pinggang, Pasien akan mengenakan pakaian khusus yang telah disediakan
Keuntungan Mammografi :
1. Pemeriksaan mamografi tergantung pada operator / ahli yang melakukan pemeriksaan. Apakah bisa mendeteksi tumor payudara yang kecil tergantung dari kemampuan operator. Idealnya yang melakukan pemeriksaan mamografi adalah dokter yang sebelumnya telah melakukan pemeriksaan terhadap payudara pasien sehingga hasilnya lebih akurat.
2. Jika pemeriksaan mamografi di lakukan oleh yang benar-benar ahli, maka mamografi dapat mendeteksi adanya jenis tumor ductal carcinoma in situ (DCIS) - jenis tumor yang paling tidak membahayakan , yang pada pemeriksaan fisik tidak akan bisa terdeteksi.
Kerugian Pada waktu melakukan mamografi :
1. Jangan memakai deodorant pada ketiak, talk / bedak pada ketiak atau payudara dan sekitarnya. Karena dapat mengaburkan hasil pemeriksaan, berupa spots / bintik Kalsium
2. Beritahu semua keluhan / gejala yang dirasakan pada ahli yang melakukan mamografi
3. Tanyakan dengan jelas apa yang didapat dari hasil pemeriksaan mamografi
4. Jangan memakai perhiasan atau baju diatas pinggang, Pasien akan mengenakan pakaian khusus yang telah disediakan
5. Tidak boleh dilakukan jika hamil
6. Banyak yang mengalami false positive, artinya pada pemeriksaan mamografi hasilnya positif (berarti pasien yang bersangkutan mengidap kanker), ternyata pada pemeriksaan lanjutan yaitu biopsi (pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan tersangka kanker untuk diperiksa di Lab.Patologi Anatomi) hasilnya negatif (pasien yang bersangkutan tadi tidak mengidap kanker payudara). Biopsi ini adalah pemeriksaan invasif yang termasuk gold standard untuk pemeriksaan tumor payudara (dilakukan dengan jalan melakukan tindakan / operasi) Kejadian false positif (hasil mamografi positif kanker tapi ternyata pada akhirnya tidak terbukti ganas), pada usia 40 - 49 tahun sebesar 30 % , sedangkan diatas usia 50 tahun, sebanyak 25 % . (sumber : American College of Radiology)
7. Tidak semua kanker payudara dapat tervisualisasi dengan baik lewat pemeriksaan Mamografi
8. Pemeriksaan mamografi dilakukan dengan cara menekan payudara. Untuk sebagian pasien, penekanan payudara dirasa sesuatu yang tidak menyenangkan bahkan menyakitkan terutama bagi mereka yang sebelumnya mempunyai gejala nyeri pada payudara.
9. Hati-hati bagi pengguna payudara implant. Bagi wanita yang telah menjalani operasi implant payudara terbuat dari silikon, maka jaringan payudara yang abnormal bisa tidak terdeteksi kalau jaringan implant tadi di letakkan diatas / di permukaan jaringan payudara tersangka kanker. Bahkan dengan metode menekan payudara pada pemeriksaan mamografi ini dapat mengakibatkan ruptur / pecahnya implant payudara yang terbuat dari silikon. Sehingga bagi wanita pemakai implant, harap memberitahu sebelumnya kepada operator yang melakukan mamografi. Akhirnya, mengingat keterbatasan dari pemeriksaan mamografi ini maka tidak setiap wanita wajib melakukan mamografi.
MAMOGRAFI DILAKUKAN BILA ADA INDIKASI, sebagai berikut :
1. Skrining pada wanita yang mempunyai faktor resiko tinggi untuk mendapat kanker payudara
2. Jika massa / benjolan yang teraba pada payudara tidak jelas.
3. Jika dokter meraba adanya benjolan pada kelenjar getah bening aksila (ketiak) dan supra klavikula (diatas tulang klavikula / leher) walaupun tidak disertai terabanya massa / benjolan pada payudara
4. Untuk usia 40 - 50 tahun dilakukan 2 tahun sekali, sedangkan lebih dari 50 tahun dilakukan setahun sekali (Nawasasi,2006)
Stage atau Stadium/Tahap Kanker Payudara
a. Stage 0: tahap sel Kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan.
b. Stage I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (Kelenjar getah bening normal).
c. Stage IIA: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak, ATAU tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak/aksiller, ATAU tumor yang lebih besar dari 2 tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
d. Stage IIB: tumor yang lebih besar dari 2 cm, namun tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke Kelenjar getah bening yg berhubungan dgn ketiak, ATAU tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak.
e. Stage IIIA: tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di Kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat tulang dada, ATAU tumor dengan ukuran berapapun dimana kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
f. Stage IIIB: tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mngkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
g. Stage IIIC: ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mugkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke Kelenjar getah bening ketiak atau ke Kelenjar getah bening di dekat tulang dada.
h. Stage IV: kanker telah menyebar atau metastase ke bagian lain dari tubuh.
(Alhamsyah,2009)
B. Skrining Pada Kanker Serviks
Kanker serviks (kanker leher rahim) adalah tumbuhnya sel-sel tidak normal pada leher rahim. Kanker serviks merupakan kanker yang sering dijumpai di Indonesia baik di antara kanker pada perempuan dan pada semua jenis kanker.
Kejadiannya hampir 27% di antara penyakit kanker di Indonesia. Namun demikian lebih dari 70% penderita datang memeriksakan diri dalam stadium lanjut, sehingga banyak menyebabkan kematian karena terlambat ditemukan dan diobati (Nasir,2009)
Kanker serviks atau juga disebut kanker leher rahim merupakan jenis kanker kedua yang paling banyak diderita wanita di dunia yang berusia di atas 15 tahun. Berdasarkan survey tahun 2001, di Indonesia, ditemukan penderita baru yang mengidap kanker leher rahim berjumlah 2429 atau 25,91% dari seluruh penderita kanker.
Penyebab kanker leher rahim yaitu virus HPV (Human Papiloma Virus) yang dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit ini dapat menyerang semua wanita, khususnya wanita yang aktif secara seksual. Saat ini sudah terdapat vaksin untuk mencegah infeksi HPV khususnya tipe 16 dan tipe 18 yang diperkirakan menjadi penyebab 70% kasus kanker serviks di Asia.
Faktor risiko yang potensial menyebabkan terjadinya kanker leher rahim adalah
a. Melakukan hubungan seks pada usia muda,
b. sering berganti-ganti pasangan
c. sering menderita infeksi di daerah kelamin terutama virus HPV ( Human Papilloma Virus),
d. melahirkan banyak anak,
e. Kebiasaan merokok (risiko 2x lebih besar).
f. Juga kekurangan vitamin A, C, dan E.
Seringkali gejala kanker leher rahim pada stadium dini tidak menunjukkan gejala atau tanda yang khas. Sedangkan jika telah timbul gejala diantaranya keputihan, perdarahan setelah hubungan intim suami istri, perdarahan spontan setelah masa menopause (masa tidak haid lagi), keluar cairan kekuningan yang berbau busuk atau bercampur darah, nyeri panggul, atau tidak dapat buang air kecil, maka kemungkinan besar penyakit telah masuk stadium lanjut.
Maka sebaiknya wanita terutama yang telah menikah segera melakukan pemeriksaan dini atau dikenal dengan pemeriksaan SKRINNING, yaitu dengan
1. Pemeriksaan pap smear . Pemeriksaan pap smear ini dilakukan dengan cepat, tidak sakit dengan biaya yang relatif terjangkau dan hasilnya akurat. Pemeriksaan pap smear dilakukan kapan saja, kecuali pada masa haid atau sesudah petunjuk dokter, minimal setahun sekali. Pemeriksaan pap smear dilakukan di atas meja periksa kandungan oleh dokter atau bidan yang sudah dilatih, dengan menggunakan alat untuk membantu membuka kelamin wanita. Ujung leher diusap dengan spatula untuk mengambil cairan yang mengandung sel-sel dinding leher rahim. Usapan ini kemudian diperiksa jenis sel-selnya di bawah mikrosop. Apabila hasil pemeriksaan positif (terdapat sel-sel yang tidak normal), harus segera dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dan pengobatan oleh dokter ahli kandungan( Diyanti,2009)
Pap smear, disebut juga tes Pap adalah prosedur sederhana untuk mengambil sel serviks anda (bagian bawah, ujung dari uterus). Dinamai sesuai dengan penemunya, George Papanicolaou, MD. Pap smear tidak hanya efektif untuk mendeteksi kanker serviks tapi juga perubahan sel serviks yang dicurigai dapat menimbulkan kanker. Deteksi dini sel ini merupakan langkah awal menghindari timbulnya kanker serviks.
Pap smear bukan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, hanya sebagai tes skrining untuk memperingatkan dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk mengirim pesan spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang ada. Berikut beberapa istilah yang mungkin digunakan dokter dan kemungkinan langkah yang dapat diambil selanjutnya:
a. Normal
Tes negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
- Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus, perlu melakukan tes lebih lanjut.
- Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
- Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells)
Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.
- Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinoma cells)
Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis hampir yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel glandular. Jika sel sejenis ditemukan, dokter akan segera melakukan investigasi lebih lanjut.
Selain mencari abnormalitas, dokter akan memutuskan untuk memeriksa jaringan dengan mikroskop khusus dalam prosedur colposcopy & mengambil sampel jaringan (biopsi). Colposcopy sering digunakan untuk melengkapi diagnosis.
Pap smear bukanlah pembuktian yang main-main. Namun tidak tertutup kemungkinan akan diperoleh hasil negatif palsu. Artinya tes memperlihatkan tidak ada sel abnormal, walaupun sebenarnya memiliki sel atipikal. Perkiraan kejadian hasil negatif palsu dengan Pap smear konvensional kurang dari 5% atau 1 dari setiap 20 wanita. Pap smear berbasis cairan akan memberi hasil negatif palsu yang lebih sedikit. Dengan tes yang sama, hasil positif palsu sangat jarang.
Hasil negatif palsu tidak berarti ada kesalahan yang dibuat, banyak faktor yang menyebabkan negatif palsu, yaitu:
1. Pengambilan sel yang tidak cukup
2. Lokasi lesi tidak dapat dijangkau
3. Sel abnormal meniru sel benigna
4. Walau sel abnormal dapat terdeteksi, waktu berada di pihak anda. Kanker serviks memerlukan beberapa tahun untuk berkembang. Jika satu tes tidak dapat mendeteksi sel abnormal, maka tes selanjutnya akan dapat mendeteksi kanker (Anonymus,2008)
Hasil Tes
Pap smear bukan digunakan untuk mendiagnosa penyakit, hanya sebagai tes skrining untuk memperingatkan dokter melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan sel abnormal dipilih secara hati-hati untuk mengirim pesan spesifik kepada dokter anda tentang resiko yang ada. Berikut beberapa istilah yang mungkin digunakan dokter dan kemungkinan langkah yang dapat diambil selanjutnya:
a. Normal
Tes negatif (tidak ada sel abnormal terdeteksi). Tidak perlu pengobatan atau tes lebih lanjut sampai Pap smear dan pemeriksaan panggul selanjutnya.
b. Sel bersisik atipikal tidak terdeterminasi signifikan (Atypical squamous cells of undetermined significance)
Sel bersisik tipis dan datar, tumbuh di permukaan serviks yang sehat. Pada kasus ini, Pap smear mengungkap adanya sedikit sel bersisik abnormal, namun perubahan ini belum jelas memperlihatkan apakah ada sel prakanker. Dengan tes berbasis cairan, dokter anda dapat menganalisa ulang sampel untuk mengetahui adanya virus yang dapat menimbulkan kanker, seperti HPV. Jika tidak ada virus, sel abnormal yang ditemukan tidak menjadi perhatian utama. Jika dikhawatirkan ada virus, anda perlu melakukan tes lebih lanjut.
c. Lesi intraepitelial sel bersisik (Squamous intraepithelial lesion)
Istilah ini digunakan untuk mengindikasi bahwa sel yang diperoleh dari Pap smear mungkin sel prakanker. Jika perubahan masih tingkat rendah, ukuran, bentuk dan karakteristik lain dari sel memperlihatkan adanya lesi prakanker yang dalam beberapa tahun akan menjadi kanker. Jika perubahan termasuk tingkat tinggi, ada kemungkinan lebih besar lesi akan menjadi kanker lebih cepat. Perlu dilakukan tes diagnostik.
d. Sel glandular atipikal (Atypical glandular cells)
Sel glandular memproduksi lendir dan tumbuh pada permulaan serviks dan dalam uterus. Sel glandular atipikal mungkin menjadi abnormal, namun tidak jelas apakah mereka bersifat kanker. Tes lebih lanjut diperlukan untuk menentukan sumber sel abnormal.
e. Kanker sel bersisik atau sel adenokarsinoma (Squamous cancer or adenocarcinoma cells)
Sel yang diperoleh dari Pap smear memperlihatkan abnormal, sehingga patologis hampir yakin ada kanker dalam vagina, serviks atau uterus. Sel bersisik menunjukkan kanker timbul di permukaan datar sel pada serviks. Adenokarsinoma menunjukkan kanker timbul di sel glandular. Jika sel sejenis ditemukan, dokter akan segera melakukan investigasi lebih lanjut.
2. Pemeriksaan visual dengan Asam Asetat (IVA) yaitu pemeriksaan leher rahim dengan cara melihat langsung leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5 %. Bila setelah pulasan asam asetat 3-5% ada perubahan warna, yaitu tampak bercak putih yang disebut dengan aceto white ephitelum, maka kemungkinan ada kelainan pada tahap pra kanker.
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan untuk analisis IVA, Yaitu :
a. IVA Negatif = Serviks normal
b. IVA Positif = Serviks dengan radang (Servisitis) atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).
c. IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white ephitelum).
d. IVA Kanker serviks.
3. Pemeriksaan visual dengan Asam asetat dan pembesaran ginekoskopi (IVAB)
4. Pemeriksaan test molekuler DNA HPV (Human papiloma virus)
Telah dibuktikan bahwa lebih 90 % kondiloma servik, NIS dan kanker serviks mengandung DNA-HPV. Hubungannya dinilai kuat dan tiap tipe HPV mempunyai hubungan patologi yang berbeda. Tipe 6 dan 11 termasuk tipe HPV resiko rendahjarang ditemukan karsinoma yang invasive kecuali karsinoma verukosa. Sementara itu tipe 16,18, 31 dan 45 tergolong HPV resiko tinggi. HPV typing dilakukan dengan hibridasi DNA.
5. Kolposkopi
Pemeriksaan dengan melihat porsio (juga vagina dan vulva) dengan pembesaran 10-15 x, untuk menampilkan porsio diulas lebih dulu dengan asam asetat 3-5%.Pada Porsio dengan kelainan(Infeksi HPV / INS) terlihat bercak putih atau perubahan corakan pembuluh darah.
Kolposkopi dapat berperan sebagai alat skrining awal, namun ketersedaiaan alat ini terbatas karena mahal. Oleh karena itu alat ini lebih sering digunakan pada prosedur pemeriksaan lanjut dari hasil test Pap abnormal.l
6. Servikografi
Pemeriksaan kelainan diporsio dengan membuat foto pembesaran porsio setelah dipulas dengan 3-5% asam asetat yang dapat diperiksa oleh bidan. Hasil pemeriksaan dikirimkan ke ahli ginekologi (yang bersertifikat untuk menilai)
7. Pap Net dengan Komputerisasi
Pada dasarnya pemeriksaan pap net berdasarkan pemeriksaan slide test pap. Bedanya untuk mengidentifikasi sel abnormal dilakukan secara komputerisasi. Slide hasil test pap yang mengandung sel abnormal dapat dievaluasi ulang oleh ahli patologi/sitologi.
Pusat komputerisasi pap net adalah di New York, Amsterdam dan hongkong. Saat ini jaringan pap net yang ada di Indonesia dikirim ke Hongkong(Nuranna, 2001)
Saat ini telah ditemukan cara terbaru pencegahan kanker serviks yaitu dengan vaksinasi. Vaksin ini berpotensi lebih dari 70% untuk mencegah kanker serviks. Vaksin akan meningkatkan kemampuan sistem kekebalan, untuk mengenali dan menghancurkan virus ketika masuk dalam tubuh. Vaksinasi sebaiknya dilakukan sejak masa remaja, yaitu sejak usia 10 tahun, dengan jadual vaksinasi pada bulan 0, 1, dan 6. Karena pada usia tersebut telah memasuki masa reproduksi dan anak belum terkontaminasi oleh virus HPV, sehingga diharapkan dengan vaksinasi, tingkat kekebalan yang didapat akan lebih tinggi dibandingkan pada usia dewasa.untuk itu, vaksinasi bersama skrinning serta usaha mengurangi factor risiko, diharapkan dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim. Idealnya sebelum vaksinasi pada wanita yang telah melakukan hubungan seksual harus dilakukan pemeriksaan terhadap infeksi human papiloma virus.
Pemeriksaan PAP SMEAR /IVA dapat dilakukan di berbagai tempat, seperti : rumah sakit, rumah bersalin, pusat atau klinik deteksi dini kanker, praktek dokter spesialis kandungan, puskesmas, praktek dokter umum dan bidan yang telah mempunyai peralatan untuk melakukan pemeriksaan PAP SMEAR. (Dwiyanti,2009)
American cancer society merekomendasikan papsmear pertama sekitar 3 tahun setelah hubungan seksual pertama atau setelah usia 21 tahun. Setelah usia 21 tahun petunjuknya sebagai berikut :
Usia (tahun) | Frekuensi |
21 – 29 | Sekali setahun Pap smear regular atau setiap 2 tahun menggunakan Pap smear berbasis cairan |
30 – 69 | Setiap 2 – 3 tahun jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan |
Lebih dari 70 | Anda dapat menghentikan Pap smear jika anda memiliki hasil 3 tes normal secara berurutan dan Pap smear anda normal selama 10 tahun |
Faktor resiko terjadinya kanker servik :
a. Riwayat aktivitas sexsual pada saat remaja, terutama jika berganti - ganti pasangan
b. Saat ini memiliki pasangan yang multiple
c. Riwayat penyakit menular sexsual
d. Riwayat keluarga dengan kanker servik
e. Diagnosis kanker servik atau pap smear menunjukkan gejala prakanker
f. Infeksi Human papiloma virus (HPV)
g. Perokok
h. Infeksi HIV
i. Terpapar dietilstilbestrol sebelum lahir
j. Sistem imun yang lemah karena beberapa factor seperti transplantasi organ, kemoterapi atau penggunaan kortikosteroid kronis(Nuranna,2001)
C. Skrining pada Kanker Ovarium
Merupakan kanker bagian kandungan yang paling sering terjadi, yang diduga
disebabkan karena meningkatnya tingkat kemakmuran pada wanita sehingga
mereka enggan untuk melahirkan anak. Tercatat sejumlah 190.000 kasus di dunia dengan angka kematian hingga 115.000.
Kanker ovarium tidak akan menunjukkan gejala hingga penyakit sudah
berkembang lanjut, gejala yang ada sangat umum dan tidak spesifik.
Resiko Kanker Ovarium dapat dicegah dengan : Mengandung, Menyusui dan
Mengangkat Ovarium/Indung telur (terutama pada wanita yang beresiko tinggi
pada riwayat keluarga).
Skrining pada kanker ovarium tidak ada, Sedang dikembangkan penelitian mengenai skrining tes untuk kanker ovarium,antara lain:
a. Pemeriksaan pelvis
b. USG pelvis
c. Tumor marker : CA 125
D. Skrining pada Kanker Endometrium
Kanker Rahim (uterus) atau yang sebenarnya adalah kanker jaringan
endometrium adalah kanker yang sering terjadi di endometrium, tempat dimana
janin tumbuh, sering terjadi pada wanita usia 60-70 tahun.
Kanker endometrium merupakan salah satu kanker ginekologi dengan angka kejadian tertinggi, terutama di negara-negara maju. Selama tahun 2005, diperkirakan di Amerika terdapat sekitar 40.880 kasus baru dengan sekitar 7.100 kematian terjadi karena kanker endometrium.
Tabel 1. Stadium klinik karsinoma endometrium (FIGO 1971)7
Stadium | Keterangan |
Stadium 0 | Karsinoma insitu |
Stadium I | Karsinoma terbatas pada korpus Stadium IA Panjang kavum uteri <8 cm Stadium IB Panjang kavum uteri > 8 cm |
Stadium II | Karsinoma mengenai korpus dan servik |
Stadium III | Karsinoma meluas keluar uterus tetapi belum keluar dari panggul kecil |
Stadium IV | Karsinoma meluas keluar dari panggul kecil atau sudah mengenai mukosa kandung kemih atau rektum |
(Suheimi,2007)
Faktor resiko terjadinya kanker rahim:
a. Lanjut usia
b. Kegemukan (termasuk contohnya pada penderita Diabetes)
c. Menstruasi pertama di usia dini, Menopause yang terlambat.
d. Belum pernah hamil
e. Stimulasi estrogen berlebihan (dari dalam tubuh sendiri atau berasal dari
luar tubuh)
f. Riwayat kanker keluarga (berhubungan dengan kanker usus besar - Lynch
Syndrome)
Banyak ilmuwan yang mengatakan bahwa kadar estrogen sangat memainkan peran dalam perkembangan kanker rahim. Selama kehamilan, produksi hormon estrogen
meningkat dengan diiringi peningkatan hormon progesteron juga. Wanita
dengan produksi estrogen yang tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan
produksi progesteron dapat meningkatkan faktor resiko terjadi kanker rahim
/ endometrium.
Tanda dan gejalanya:
a. Perdarahan setelah menopause
b. Siklus menstruasi yang tidak teratur
c. Perdarahan diantara periode menstruasi
d. Tercium bau yang tidak biasanya (amis) dari vagina
e. Stadium lanjut : nyeri pinggang, nyeri pada saat buang air kecil dan
hubungan seksual serta nyeri perdarahan pada saat buang air besar.
Kanker rahim dapat ditangani dengan sukses apabila terdiagnosa di awal,
terutama bila ditemukan adanya gejala-gejala tidak lazim, segera tegakkan
diagnosa.
Penanganan Kanker Rahim:
Operasi, bisa dilakukan operasi secara partial histerektomi (pengangkatan
rahim sebagian) dan radikal histerektomi (pengangkatan seluruh rahim)
Terapi tambahan : radiasi dan atau kemoterapi diperlukan apabila kanker
sudah menyebar ke jaringan sekitarnya (metastasis). Radiasi dapat mencegah
kambuhnya kembali kanker rahim.
Saran pada wanita muda:
a. Bersekolah, bekerja dan atau menikah
b. Mempertahankan kesuburan / kapan mendapatkan anak
c. Apakah seks sangat penting, harus atau tidak dilakukan di usia muda
d. Memperhatikan riwayat kanker pada keluarga
e. Memperhatikan harapan hidup secara keseluruhan.(Sam, 2009)
DAFTAR PUSTAKA
1. Anonymus, 2009, (Deteksi Dini penyakit Skrining), http://repository.ui.ac.id/
2. Anonymus, 2008, Pap Smear: Tes Skrining Kanker Serviks, http://www.lombokpost.co.id/index.php?option=com_content&task=view&id=3267,
3. Agung, 2009, Askep pada kanker payudara, http://keperawatan-agung.blogspot.com/2009/
4. Alamsyah,2 009, Kanker payudara, gejala dan pengobatannya, http://www.alhamsyah.com/2009/
5. Diyanti D, 2009, Deteksi Dini Kanker Leher Rahim http://www.alcoyciudaddigital.net.htm
6. Nasir,RY, 2009, Seluk beluk kanker, http://politikana.com/baca/2009/05/11/
7. Nawasasi,L, 2006, Mammografi, http://lakshminawasasi.blogspot.com/2006
8. Nuranna L, 2001, Skrining kanker serviks dengan metode skrining alternative : IVA, Cermin Berita Kedokteran
9. Suryantoro, J ,2009, Cegah kanker payudara sejak dini, http://www.bunyu-online.com/2009/
10. Suheimi I,2007, Kanker Endometrium, http://ksuheimi.blogspot.com/2008/07/kanker-endometrium.htmldi
11. Sam, 2009, Kanker Pada Organ Reproduksi Wanita
http://sam4evi.multiply.com/journal/item/129/Kanker_Pada_Organ_Reproduksi_Wanita